Cerita Sangkuriang Dalam Bahasa Inggris dan Artinya Secara Sederhana

Mr Min

Contoh Cerita Sangkuriang Dalam Bahasa Inggris dan Artinya Secara Sederhana

Salam hangat untuk para pembaca. Saat ini penulis akan membahas tentang cerita rakyat yang ada di negara kita, Indonesia yaitu Sangkuriang atau Gunung Tangkupan Perahu. Sebagai masyarakat Indonesia tidak akan asing lagi dengan cerita yang satu ini. Dalam artikel ini memuat ceritanya dalam dua bahasa yaitu English dan Indonesian. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca bisa menambah koleksi cerita dan kosa kata.

Cerita Sangkuriang Dalam Bahasa Inggris dan Artinya Secara Sederhana

Long time ago, when West Java was covered with undergrowth and woods, there was a king named Raden Sungging Pebangkara. He liked to go hunting in the forest.

The king often visited in one of the forest, there lived a pig. Actually it was a cursed goddness’. One day, she came out of her hiding place to looking for water. She found the water and drank it. The pig didn’t know if it was the king’s urine. Not a long time, she became pregnant. And then, she gave birth to a very pretty girl. When the king was once again hunting in the forest, he saw and took her to his palace. The king called her Dayang Sumbi. The King treated her as his own daughter.

Dayang Sumbi grew up to be young girl. She liked weaving. One day, when she was absorbed in weaving, her weaving spool lost from her. It exited and rolled along from her house. It was out of her reach. She mumbled ”Whoever is willing to help me pick up the spool, if she is a girl I will treat my sister. If he is a man, I will take him as my husband”. When she said like that, there was a dog. It heard her  words. She called Tumang. Tumang picked up the spool and brought it to Dayang Sumbi. Tumang was in fact a cursed god too. She fainted when she was seeing the dog brought spool with his mouth. Briefly, Dayang Sumbi became pregnant and she gave birth to a healthy son. Dayang Sumbi called him Sangkuriang.

Sangkuriang became a handsome young man. One day, Dayang Sumbi wanted to eat deer’s heart. She asked Sangkuriang to looking for it and Tumang was his faithful friend when he was roaming the woods. After long time he hunted, he did not get it. The latest, he saw wild boar. He asked Tumang to chase it. However, Tumang did not move. Sangkuriang gave instruction to Tumang to looking for it, but Tumang did not go anywhere. This condition made Sangkuriang lost his self-control. Finally, he killed Tumang and gave tumang’s heart to his mother. Then, Dayang Sumbi asked with him. “Sangkuriang, what kind of heart is this? It is so delicious.

“This is Tumang’s heart, mom,”. For a moment Dayang Sumbi was speechless. Then, she took a spool and flung it at him. So, Sangkuriang felt disappointed and left his house.

After some years, he returned to his native place, but he did not know anything. He saw a young girl sitting at the weaving-loom. He approached her. He did not realize that she was his own mother.

Finally, They loved each other. They planned to make their wedding day. One day, Dayang Sumbi discovered the scar on Sangkuriang’s forehead. “That wound!” she whispered, and she realized that he was her own son.

Dayang Sumbi had been given eternal beauty by the gods. She looked so young forever and it made Sangkuriang did not recognize if Dayang Sumbi was his mother. Dayang Sumbi made an effort to make him understand that a marriage between them was impossible, but Sangkuriang refused to accept the truth. He determined to use his own way. Dayang Sumbi had an idea and said to him, “ Okey, you shall marry me if you fulfill wish of mine. Dam up Citarum River and built a big vessel, but you have only one night to finish the work”. Sangkuriang agreed and started to make it. He asked to genie for help him. So, he can finish not a long time. Meanwhile Dayang Sumbi got idea to prevent her marriage. She asked the societies to outstretch the red woven scraf over the eastern side of plain. Through her magic powers, red light spread over the landscape, giving the impression that time was up for Sangkuriang. This moment made sangkuriang was astonished.

“In vain!” he shouted in despair. He kicked the vessel which was almost finished until upside down. The vessel changed the mountain. Many societies believed that the mountain was known as Tangkupan Perahu.

Artinya:

Pada zaman dahulu, ketika Jawa Barat ditutupi dengan semak dan hutan, ada seorang raja bernama Raden Sungging Pebangkara. Dia suka pergi berburu di hutan.

Raja sering mengunjungi salah satu hutan. Disana ada seekor babi. Sebenarnya babi itu adalah kutukan Dewi. Suatu hari, dia keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari air. Dia menemukan air dan meminumnya. Babi itu tidak mengetahui jika itu adalah urinnya raja. Tidak lama kemudian dia hamil. Dan setelah itu, dia melahirkan seorang perempuan yang cantik. Ketika raja sekali lagi berburu di hutan, dia melihat dan mengambil anak itu untuk di bawa ketempat raja. Raja memanggilnya Dayang Sumbi. Raja memperlakukannya seperti anaknya sendiri.

Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis muda. Dia suka menenun. Suatu hari, ketika dia sedang asyik dengan menenun, gulungan benangnya hilang darinya. Benang itu keluar dan bergelinding keluar dari rumahnya. Itu diluar dari jangkauannya. Kemudian, ia mengerutu “ Siapapun yang bersedia membantuku untuk mengambil gulungan benang, jika dia perempuan maka aku akan memperlakukannya seperti saudara perempuanku. Jika dia laki-laki, aku akan menjadikannya sebagai suamiku. Ketika dia berkata seperti itu, disana ada anjing. Anjing itu mendengar kata-katanya. Dia memanggilnya

Tumang. Tumang mengambil gulungan benangnya dan membawanya untuk Dayang Sumbi. Tumang adalah kutukan dewa juga. Dayang Sumbi pingsan ketika dia melihat anjing membawa gulungan benang dengan mulutnya. Singkatnya, Dayang Sumbi menjadi hamil dan melahirkan anak laki-laki yang sehat. Dayang Sumbi memanggilnya Sangkuriang.

Sangkuriang menjadi seorang laki-laki yang tampan. Suatu hari, Dayang Sumbi ingin makan hati rusa. Dia meminta Sangkuriang untuk mencarinya dan Tumang adalah teman setianya ketika dia sedang menjelajahi hutan. Setelah lama Sangkuriang berburu, dia tidak mendapatkannya. Terakhir, dia melihat babi hutan. Dia meminta Tumang untuk memburunya. Namun, Tumang tidak pindah dari tempatnya. Sangkuriang memberikan perintah untuk mencarinya, tetapi Tumang diam saja. Keadaan ini membuat Sangkuriang kehilangan kontrol diri. Akhirnya, dia membunuh Tumang dan memberikan hati Tumang kepada ibunya. Kemudian Dayang Sumbi bertanya kepadanya” Sangkuriang, hati apa ini?” Ini sangat enak.

Ini hati Tumang, bu. Beberapa saat kemudian Dayang Sumbi terdiam. Kemudian dia mengambil gulungan benang dan melemparkannya ke Sangkuriang. Lalu,Sangkuriang merasa kecewa dan meninggalkan rumahnya.

Setelah beberapa tahun, dia kembali ke kampungnya, tetapi dia tidak tahu apapun. Dia melihat seorang perempuan muda sedang duduk di perkakas tenunan. Dia mendekatinya. Dia tidak sadar bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya sendiri.

Akhirnya, mereka saling mencintai. Mereka berencana membuat pernikahan. Dayang Sumbi menemukan bekas luka di dahi Sangkuriang. “Luka itu!” bisik Dayang Sumbi, dan dia sadar bahwa Sangkuriang adalah anak laki-lakinya.

Dayang Sumbi telah diberikan kecantikan abadi dari Dewa. Dia terlihat muda selamanya dan itu yang membuat Sangkuriang tidak mengakui jika Dayang Sumbi adalah ibunya.

Dayang Sumbi membuat suatu usaha untuk membuat Sangkuriang paham bahwa pernikahan diantara mereka itu mustahil, tetapi Sangkuriang menolak untuk menerima kebenaran. Dia memutuskan untuk menggunakan caranya sendiri. Dayang Sumbi memiliki ide dan berkata kepadanya, “ Baiklah, kamu akan menikahiku jika kamu memenuhi harapanku. Bendung sungai Citarum dan bangun sebuah kapal besar, tetapi kamu hanya memiliki waktu satu malam untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Sangkuriang setuju dan memulai untuk membuatnya. Dia meminta Jin untuk membantunya. Jadi, tidak lama dia bisa menyelesaikannya. Sementara, Dayang Sumbi memperoleh ide untuk mencegah pernikahannya. Dia meminta penduduk untuk merentangkan tenunan selendang merah di dataran sisi timur. Melalui kekuatan sihirnya, tersebar cahaya merah diatas pemandangan alam, itu memberikan kesan bahwa waktu bagi Sangkuriang sudah habis. Itu membuat Sangkuriang tercengang.

“Sia-sia!” Teriaknya putus asa. Dia menendang kapal yang hampir selesai itu hingga terbalik. Kapal berubah menjadi gunung. Masyarakat percaya bahwa gunung itu sebagai Tangkupan Perahu.

Bagikan: